“KELAINAN
PADA PERKEMBANGAN”
(TERATOLOGI)
DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH
PERKEMBANGAN
HEWAN
DOSEN PENGAMPU:
DR. AGUS SUBAGYO, S.SI, M.SI
DR.
TEDJO SUKMONO, S.SI, M.SI
WINDA
DWI KARTIKA, S.SI, M.SI
OLEH :
UTARI
NUR PUTRI ANANTI
(A1C416033)
REGULER A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Teratologi”. Meskipun dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan. Kami juga ingin berterima kasih kepada Dosen Pembimbing
kami dalam mata kuliah Perkembangan Hewan yaitu Bapak Dr. Agus Subagyo, S.Si,
M.Si. yang telah banyak membantu dan memberi masukan kepada kami dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami juga sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam membantu menambah wawasan serta
pengetahuan kita tentang Teratologi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dimasa depan
Jambi, 13 November 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reproduksi
merupakan naluri setiap organisme untuk beranak-pinak. Ciri setiap individu
mahluk, ialah umurnya terbatas, dan pada suatu ketika dan akan jadi jompo dan
mati. Karena itu perlu dibina angkatan baru menggantikan yang pada mati. Kalau
tidak ada pergantian generasi, populasi suatu spesies akan susut lalu bisa
mati. Untuk reproduksi perlu ada perkawinan, setelah kawin terbentuk anak. Anak
tumbuh jadi dewasa. Dalam tingkat dewasa inilah setiap mahluk mampu
bereproduksi lago untuk membina angkatan baru. Setelah itu akan jadi tua, lalu
mati. Dengan demikian terjadi daur kehidupan.
Dalam daur kehidupan
tidak luput dari hubungan Embryologi, yang merupakan ilmu tentang embryo.
Embryo atau mudigah ialah mahluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam
kandungan. Kandungan tersebut berada dalam tubuh induk (dalam rahim) atau di
luar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh merupakan perubahan dari bentuk
sederhana dan muda sampai jadi bentuk kompleks dan dewasa. Mahluk asalnya
terdiri dari satu sel dan hidupnya tergantung kepada parent menjadi mahluk yang
terdiri dari banyak sel yang tersusun atas berbagai jaringan dan alat yang
kompleks, dan yang dapat berdiri sendiri dan sanggup bereproduksi.
Dalam tahapan
embryologi selalu sejalan dengan perkembangan organogenesis, salah satunya
adalah perkembangan organ-organ anggota tubuh. Perkembangan ini selalu
dipengaruhi oleh beberapa faktor terpenting. Faktor ini bisa saja membantu dan
bahkan bisa menjadi penghambat dalam perkermbangan organ anggota tubuh tersebut,
di antaranya faktor genetik, lingkungan dan faktor fisik pada rahim. Beberapa
faktor ini perlu diperhatikan, karena faktor-faktor ini berhubungan langsung
terhadap pertumbuhan dan perkembangan organ-organ anggota tubuh yaitu dalam
proses perkembangan embryo di dalam rahim.
Kurangnya perhatian
sewaktu ibu hamil terhadap faktor-faktor tersebut, dapat menimbulkan kelainan
pada janin yang akan menjadi cacat atau kelainan bawaan sampai lahir.
Pengetahuan masyarkat secara umum mengenai pengaruh teratogen terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin masih sangat terbatas, hal ini dikarenakan
masyrakat belum memahami dampak dari faktor-faktor yang mempengaruhi perumbuhan
dan perkembangan janin dimasa embryo, salah satunya kelainan bawaan pada
kelebihan pertumbuhan jari tangan atau Polydactyly.
Sehubungan dengan hal
tersebut di atas, guna mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kelainan bawaan, maka dilakukan studi kasus terkait permasalahan
ini melalui observasi dan pengamatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan
teratologi?
2. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya teratologi?
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apa itu teratologi
2.
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya
teratologi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Teratologi.
Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi
yang khusus mempelajari tentang akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik
yang cacat (abnormal). Bentuk embriotoksik ini ditentukan oleh jenis senyawa,
dosis dan waktu penggunaannya selama kehamilan. Selain senyawa kimia, faktor
lain yang menimbulkan teratogen adalah kekurangan gizi, radiasi kimia, infeksi
virus, hipervitamin, ketidakseimbangan hormonal, genetik dan berbagai kondisi
stres (Harbinson, 2001).
Terotologi atau teratologia
berasal dari kata Yunani. Teratos = monster = bayi yang lahir cacat hebat dan
logos = ilmu, biasanya pada bayi yang lahir abnormal disebut “bayi monster” (baby
monster). Teratologi merupakan
cabang dari ilmu Embriologi yang khusus membahas mengenai petumbuhan struktural
janin yang abnormal (anomali)
Kelainan
bentuk dapat berupa kelainan struktur, perilaku, faal dari metabolik yang
terdapat pada waktu lahir dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital,
anomali kongenital atau cacat lahir. Kelainan bentuk / malformasi yang sering
ditemukan seperti:
·
sireno
melus (anggota seperti ikan duyung,
·
anggota
belakang tidak ada, anggota depan pendek),
·
phocomelia
(anggota seperti anjing laut, tangan dan kaki seperti sirip untuk mendayung),
·
polydactyly
(berjari banyak),
·
syndactyly
(jari buntung, tidak berjari kaki dan tangan),
·
ada
ekor,
·
dwarfisme
(kerdil),
·
crehorisme
(cebol) dan
·
gigantisme
(raksasa).
Kejadian
kelainan bentuk karena beberapa hal diantaranya :
“Makin
tinggi kadar teratogen semakin parah tingkat teratogenitasnya”. Bahan yang
dapat menimbulkan teratogenesis secara eksperimental ialah cortison, insulin,
progesteron, thalidomide, azathiopurine, salicylate.
Teratologi merupakan cabang dari ilmu embriologi
yang khusus mempelajari tentang akibat, mekanisme dan manifestasi embrionik
yang cacat (abnormal). Bentuk embriotoksik ini ditentukan oleh jenis senyawa,
dosis dan waktu penggunaannya selama kehamilan. Selain senyawa kimia, faktor
lain yang menimbulkan teratogen adalah kekurangan gizi, radiasi kimia, infeksi
virus, hipervitamin, ketidakseimbangan hormonal, genetik dan berbagai kondisi
stres (Hartati, 2007)
Beberapa jenis anomali menurut Hartati (2007):
1. Malformasi
Terjadi selama pembentukan struktur (organogenesis).
Malformasi dapat disebabkan faktor lingkungan dan genetik. Kebanyakan
malformasi berawal dari minggu ketiga sampai minggu kedelapan kehamilan.
Anomali ini dapat menyebabkan hilangnya sebagian atau seluruh struktur organ
dan/atau perubahan-perubahan konfigurasi normal.
2. Disrupsi
Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya. Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh darah yang menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion.
Mengakibatkan perubahan morfologi struktur organ setelah pembentukannya. Penyebabnya adalah proses-proses yang merusak, seperti kecelakan pada pembuluh darah yang menyebabkan atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion.
3. Deformasi
Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir.
Disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir.
4. Sindrom
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang spesifik dan sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko terjadinya kembali telah diketahui.
Sekelompok cacat yang terjadi secara bersamaan, memiliki etiologi yang spesifik dan sama. Istilah ini menunjukkan telah dibuat sebuah diagnosis dan risiko terjadinya kembali telah diketahui.
Menurut Hartati (2007), ada juga
kelainan yang disebabkan oleh teratogen. Teratogen penyebab kelainan kongenital
:
1. Agen
infeksi (co. : Virus rubella, sitomegalovirus, virus herpes simpleks, HIV,
sifilis)
2. Agen
fisik (co. : sinar X, hipertermia)
3. Agen
kimia (co. : talidomid, asam valproat, fenitoin, amfetamin, alkohol, merkuri,
kokain)
4. Hormon
(co. : agen androgenik, dietilstilbestrol (DES), diabetes gestational (diabetes
ibu)
2.2 Penyakit yang berhubungan
dengan teratologi
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan perkembangan
embrio yaitu:
1. Bibir
sumbing
Bibir sumbing
biasanya terjadi dalam 30-60 hari pertama kehamilan. Bibir biasanya dibentuk
oleh 5-6 minggu kehamilan dan langit-langit telah dibentuk oleh 10 minggu. Penyebabnya
yaitu kekurangan vitamin B dan asam folat dalam diet ibu, warisan genetik orangtua
yang dapat menyampaikan gen penyebab clefts (bibir sumbing) serta
pengkonsumsian alkohol dan tembakau (khususnya rokok).
|
2. Polydactili
Polidaktili
merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada tangan atau
kaki lebih dari lima. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan. Bentuknya bisa
berupa gumpalan daging, jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku
dan ruas-ruas yang berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging
kecil atau gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau
jari kelingking.
|
3. Agenesis
Agenesis adalah alat
tubuh tidak dibentuk sama sekali. Dalam embrio manusia, pembedaan tulang
belakang lumbar, sakrum, dan koksigis terjadi antara minggu keempat dan
ketujuh. Banyak bentuk agenesis yang
mematikan, seperti tidak adanya seluruh otak (anencephaly), tapi agenesis satu
organ pasangan dapat menyebabkan sedikit masalah. Agenesis ginjal, kandung
kemih, testis, ovarium, tiroid, dan paru-paru dikenal. Agenesis dari lengan
atau kaki disebut meromelia (tidak adanya satu atau kedua tangan atau kaki),
phocomelia (tangan normal dan kaki tetapi tidak ada lengan atau kaki), dan
amelia (tidak lengkap anggota tubuh atau anggota badan). Agenesis dapat
disebabkan oleh tidak adanya jaringan embrio atau dengan paparan bahan kimia di
dalam rahim, dan sering dikaitkan dengan kelainan bawaan lainnya.
|
4. Kinefelter's Syndrome (XXY)
Sindrom
Klinefelter adalah kelainan
genetik pada laki-laki yang diakibatkan oleh kelebihan kromosom X. Laki-laki normal memiliki kromosom
seks berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya
memiliki kromosom seks XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas, keterbelakangan mental, dan gangguan perkembangan ciri-ciri fisik yang
diantaranya berupa ginekomastia (perbesaran kelenjar
susu dan berefek pada perbesaran payudara), dll.
Penyebabnya
yaitu Kelebihan kromosom X pada laki-laki. Ini terjadi karena nondisjungsi
meiosis (meiotic nondisjunction) kromosom seks
selama terjadi gametogenesis (pembentukan gamet) pada salah satu orang tua. Nondisjungsi
meiosis adalah kegagalan sepasang kromosom seks untuk memisah (disjungsi) selama proses meiosis terjadi. Sebagian besar penderita
sindrom klinefelter memiliki kromosom XXY, namun ada pula yang memiliki
kromosom XXXY, XXXXY, XXYY, dan XXXYY.
|
|
5. Sindrom Down
Sindrom
Down (bahasa Inggris: Down syndrome) merupakan kelainan genetik yang terjadi
pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3,[1] yang dapat dikenal dengan melihat
manifestasi klinis yang cukup khas.
Dan karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Dan karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Penyebab
down syndrome ini dimulai pada kromosom 21 dimana terjadi
penambahan jumlah menjadi dua kromosom yang dikenal dengan nama kromosom 21
plus. Pada kromosom tersebut terjadi kegagalan untuk memisahkan diri pada saat
proses pembelahan dan kemudian mengalami perkembangan yang abnormal. Sebagai
akibatnya, penderita akan mengalami kondisi dimana mental serta fisiknya
menjadi terbelakang.
|
6. Gigantisme
Gigantisme
adalah kelainan genetik yang menyebabkan seorang tumbuh sangat tinggi melebihi
batas normal tinggi seorang manusia. Ada dua macam gigantisme : pertama
pituitary gigantism yang menyebabkan pertumbuhan tinggi badan yang tidak
terkendali. Kedua cerebral gigantism, dimana sel-sel otak tumbuh secara
berlebihan sehingga penderita mengalami keterbelakangan mental.
Gambar 7. Seorang pria yang mengalami gigantisme
7. Dwarfisme
Dwarfisme adalah
bertubuh pendek akibat kondisi medis tertentu. Kadang-kadang didefinisikan
sebagai tinggi dewasa kurang dari 4 kaki 10 inci (147 cm), meskipun definisi
ini bermasalah karena bertubuh pendek dalam dirinya sendiri tidak gangguan.
Dwarfisme dapat disebabkan oleh sekitar 200 kondisi medis yang berbeda.
Gambar
8. Sekeluarga yang mengalami dwarfisme
8. Syndactyly
Sindaktili
merupakan kelainan jari berupa pelekatan dua jari atau lebih sehingga telapak
tangan menjadi berbentuk seperti kaki bebek atau angsa (webbed fingers). Dalam
keadaan normal, ada sejumlah gen yang membawa “perintah” kepada deretan sel di
antara dua jari untuk mati, sehingga kedua jari tersebut menjadi terpisah
sempurna. Pada kelainan ini, gen tersebut mengalami gangguan. Akibatnya,
jari-jari tetap menyatu dan tidak terpisah menjadi lima jari.
Penyebabnya kebanyakan akibat kelainan genetika atau keadaan di
dalam rahim yang menyebabkan posisi janin tidak normal, cairan amnion pecah,
atau obat-obatan tertentu yang dikonsumsi ibu selama masa kehamilan. Apabila
penyebabnya akibat kelainan genetika, maka tidak dapat dilakukan pencegahan.
Kemungkinannya dapat diperkecil bila penyebabnya adalah obat-obatan yang
dikonsumsi ibu selama hamil.
Gambar 9. Syndaktili pada jari kaki
Gambar 10. Tipe-tipe syndaktili
9. Phocomelia
Phocomelia yaitu
ketiadaan anggota gerak. Sebuah cacat lahir anggota tubuh, disamakan dalam
pidato sehari-hari untuk sirip segel, tangan atau kaki yang melekat pada batang
tubuh oleh satu, kecil, cacat tulang tanpa, masing-masing, sebuah siku atau
lutut.
Gambar
11. Phocomelia
10.
Lesio pada otak fetus
Lesi
pada otak merupakan salah satu kelainan yang terjadi saat embriologi khususnya
pada saat neurulasi. Gangguan pada fetus fase akhir dan selama masa bayi, besar
kemungkinan akan terjadi gangguan kelainan patologis yang fokal dan ireversibel
pada jaringan yang telah berdiferensiasi, dan lesi-lesi ini mungkin menjadi
dasar palsi serebral.
Gambar 12. Foto otak fetus
yang mengalami lesi
11. Sirenomelus
Sirenomelia
adalah cacat lahir mematikan dari tubuh bagian bawah ditandai oleh fusi nyata
dari kaki ke ekstremitas bawah tunggal. Cacat lahir lainnya selalu dikaitkan
dengan sirenomelia, paling sering kelainan pada ginjal, usus besar, dan alat
kelamin.
Malformasi
tungkai bawah yang terlihat pada bayi dengan sirenomelia terdiri dari fusi
nyata dari kaki. Dalam kasus yang parah hanya ada dua tulang hadir di seluruh
tungkai (tulang paha dan mungkin tibia).
Gambar 13. Sirenomelus
2.3 Mekanisme
Teratogen
Mekanisme terjadinya efek
teratogenik akibat obat-obat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mekanisme kerja
teratogen adalah sebagai berikut (Harbinson, 2001)
1. Pemecahan kromosom
Pemecahan kromosom dapat menyebabkan defisiensi atau
penataulangan kromosom. Aberasi kromosom dapat disebabkan oleh virus, radiasi
atau senyawa kimia. Defisiensi kromosom biasanya bersifat letal terhadap sel
atau organisme dan kelebihan kromosom juga akan merusak sel.
2. Mutasi
Merupakan dasar cacat perkembangan yang merupakan
perubahan urutan nukleotida pada DNA. Informasi yang dikode pada DNA akan
disalin dengan salah ke RNA dan protein. Bila berefek pada sel somatik maka
tidak akan bersifat turunan. Mutasi sel somatik pada awal sel embrionik dapat
mempengaruhi sel yang sedang berkembang, menyebabkan cacat struktur dan fungsi.
Mutasi dapat disebabkan radiasi, zat kimia, senyawa pengalkilasi dan faktor
lain yang menyebabkan pemecahan kromosom.
3. Gangguan mitosis
Gangguan mitosis disebabkan senyawa sitotoksik yang
menghambat sintesa DNA sehingga memperlambat miosis. Benang mitosis gagal terbentuk akibat senyawa kimia yang
menggangu polimerasi tubulin kedalam kumparan mikrotubula. Tanpa kumparan
tersebut, kromosom tidak dapat memisah pada fase anafase. Kondisi ini dapat
terjadi karena pengaruh radiasi dosis tinggi atau senyawa radiometrik.
4. Kurang prekusor dan substrat untuk biosintesa
Biosintesa akan berubah karena kurangnya zat makanan
tertentu. Adanya analog vitamin, asam amino tertentu, dan pirimidin dapat
menyebabkan metabolit yang tidak normal dalam biosintesa.
5. Mengubah integritas asam
nukleat atau fungsinya
Hal ini dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik
dan antineoplasma. Senyawa ini dapat mengganggu replikasi, transkripsi dan
translasi RNA. Gangguan translasi RNA dan sintesis protein merupakan mekanisme
teratogenitas senyawa sitotoksis. Senyawa yang dapat mengganggu sintesa protein
umumnya bersifat embriosida tapi dapat bersifat teratogenik.
6. Suplai energi
Terganggunya suplai energi seperti kekurangan sumber
glukosa dapat mengganggu perkembangan fetus. Gangguan glikolisis oleh senyawa
iodo asetat dapat mengurangi penghasilan energi dan dapat menyebabkan kelainan
pada fetus dan kurangnya riboflavin dapat menyebabkan teratogenitas.
7. Perubahan sifat membran
Perubahan sifat membran dapat menyebabkan
ketidakseimbangan osmolar. Hipervitaminosis A dapat merusak membran seluler
pada embrio rodensia.
8. Fungsi enzimatis
Fungsi enzimatis ini penting untuk pertumbuhan dan
diferensiasi. Antagonis asam folat akan menghambat dehidrofolat reduktase dan
bersifat teratogenik. Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase dan akan
mempengaruhi perkembangan fetus. Senyawa-senyawa teratogenik ini menghambat enzim
dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fetus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari
makalah ini, yaitu:
1. Teratologi adalah kelainan bentuk dapat berupa kelainan
struktur, perilaku, faal dari metabolik yang terdapat pada waktu lahir
dan biasa di istilahkan dengan malformasi kongenital, anomali kongenital atau
cacat lahir.
2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya
teratologi, yaitu:
- Pemecahan kromosom
- Mutasi
- Gangguan mitosis
- Kurang prekusor dan substrat untuk biosintesa
- Mengubah integritas asam nukleat atau fungsinya
- Suplai energi
- Perubahan sifat membran
- Fungsi enzimatis
- Pemecahan kromosom
- Mutasi
- Gangguan mitosis
- Kurang prekusor dan substrat untuk biosintesa
- Mengubah integritas asam nukleat atau fungsinya
- Suplai energi
- Perubahan sifat membran
- Fungsi enzimatis
DAFTAR PUSTAKA
http://epyfkh.blog.unair.ac.id/category/
teratologi/
http://www.fkh.unair.ac.id
/materi/materi%20kuliah%20embriologi/12-
Patologi%20Perkembangan.ppt
Patologi%20Perkembangan.ppt
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/3477/1/kedokteran-mansyur5.pdf
http://php.med.unsw.edu.au/embryology/index.
php?title=Birth
http://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Klinefelter
winxworld30.blogspot.com
http://www.healthline.com/galecontent/sirenomelia-1
http://www.healthdictionary.info/Phocomelia.htm
http://www.news-medical.net/health/Dwarfism-What-is-Dwarfism-(Indonesian).aspx
http://www.geschool.net/amalialistiani/blog/post/mutasi-pada-manusia
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/kelainan.jari.polidaktili.pada.ba
yi/001/00 /1282/1/4
yi/001/00 /1282/1/4
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/operasi.pemisahan.jari.pada.kasus.sindaktili/001/001/1283/42/2